Sabtu, April 25, 2009

Uang, Kekuasaan dan Hegemoni Sepakbola

Sepakbola saat ini bukan hanyalah sebagai sebuah atraksi pertunjukan keindahan para maestro bola ditengah lapangan namun diluar lapangan telah menjadi ladang uang yang menggiurkan bagi para investor. Klub-klub besar di Eropa, terutama klub yang tergabung didalam G-18 berlomba-lomba mendatangkan para pemain bintang untik bermain bagi klubnya, jaminan prestasi, penjualan kaus dan pernak pernik klub tersebut maupun hadiah uang dan pembayaran kontrak dari televisi yang semakin naik setiap tahun membuat mereka berusaha menjadi yang terkuat dan menanamkan hegemoninya di Eropa. Sampai pertengan era 80an, sebuah klub masih dijalan kan secara konvensional, prestasi dan banyak nya trofi di lemari serta diseganinya klub yang ia miliki oleh klub lain adalah indikator kesuksesan dan kepuasaan bagi para pemilik klub di Eropa. Seiring dengan berjalannya waktu, bisnis sepakbola bukan hanya sekadar bisnis yang dijalankan secara amatir, ditambah lagi semakin bertambahnya uang yang bakal mereka peroleh lewat hak penyiaran televisi dan juga dari ajang liga Champions membuat klub berlomba lomba untuk menjadi yang terkuat dan memboyong para pemain bintang untuk bermain bagi klubnya.

Di Italia, Silvio Berlusconni bisa dikedepankan sebagai seorang yang mau menanamkan modalnya pada sebuah klub yang sakit, yaitu AC MILAN pada periode pertengahan 80an, AC MILAN telah 2x degradasi dalam waktu yang singkat yang diawali oleh kasus pengaturan skors pertandingan. Ia menanamkan modal yang besar pada masa itu, ia memikat duo belanda, Ruud Gullit dari PSV Eindhoveen dan Marco Van Basten dari AJAX agar bermain di San Siro, dan mengangkat Arigo Sacchi sebagai pelatih. Setahun kemudian ia boyong Frank Rijkaard ke San Siro. Modal yang ia tanam dalam 3 tahun telah membuat AC MILAN menjadi sebuah klub raksasa yang disegani di Eropa, bahkan pada akhir 80an sampai dengan awal 90an AC Milan dikenal sebagai The Dream Team.

Kubu seteru Milan satu kota, Inter Milan yang dimiliki oleh Massimo Morrati yang menyambung estafet kepemimpinan dari Ayahnya yang meninggal dunia, pada awal tahun 90an berusaha membangun Hegemoni Inter Milan di Italia dan Eropa, Milyaran Lira ia keluarkan, dari memboyong trio Jerman yang membawa Intermilan scudetto pada awal thn 90an sampai dengan nama besar seperti Ronaldo, Hernan Crespo dan yang teranyar adalah Zlatan Ibrahimovic.

Sergio Cragnotti, seorang taipan Italia pemilik Lazio mencoba mengikuti jejak kedua temannya itu, ia berusaha membuat Lazio sebagai klub besar dan berpengaruh di Italia, Ia menghamburkan uang dalam jumlah yang sangat besar, dari Almeyda,Sebastian Veron sampai dengan Hernan Crespo dan nama besar lainnya ia gaet ke Lazio, namun Lazio tidak seberuntung AC Milan dan Inter Milan, Cragnotti hanya sukses mendapat 1 scudetto pada masa kepelatihan Svenn Goran Eriksson, yang kini melatih Manchester City, Lazio dan Cragnotti mengalami kebangkrutan dan Ia mendapat dakwaan dalam kasus penggelapan Pajak.

Uang, Kekuasaan dan Hegemoni di Sepakbola menjadi daya magnet yang besar saat ini dan dengan mengakuisisi sebuah klub besar maka berarti modal yang mereka tanamkan akan kembali dengan cepat. Hal seperti itu yang dilakukan oleh para pengusaha asal Amerika saat mereka membeli mayoritas saham Manchester United dan Liverpool, jaminan prestasi dan perputaran uang yang cepat membuat mereka tidak sungkan untuk membelikan dana belanja pemain yang besar untuk klub tersebut.

Liga Inggris menjadi marak oleh hadirnya pemain bintang saat taipan asal rusia, Roman Abrahamovic mengakuisisi Chelsea, sebuah klub yang sedang mengalami krisis keuangan, dari sebuah klub yang hampir tak mampu membayar gaji para pemainnya menjadi sebuah klub dengan dana tak terbatas untuk membeli pemain.

Pemain bintang berlabel harga yang wah sampai Maurinho, pelatih Porto yang baru meraih tropi liga champion ia boyong ke Stamford Bridge, hasilnya Chelsea berhasil meraih 2x tropy premier liga, sebuah gelar yang lama mereka nantikan, penantian panjang lebih dari 30 thn. sedangkan tropy Liga Champion masih butuh waktu sebagai jawabannya.

Taipan teranyar yang coba merasakan manis nya mengeruk pundi-pundi dari dunia sepakbola adalah mantan perdana mentri Thailand dan juga seorang pengusaha, Thaksin Sinawatra, ia berusaha membuat Manchester City meraih prestasi beberapa tahun kedepan, langkah pertama yang ia lakukan adalah mengangkat Svenn Goran Eriksson sebagai pelatih tim yang baru dimilikinya.

Bagaimana dengan di Spanyol?

Spanyol sejak dahulu adalah surga bagi pemain sepakbiola, rata-rata pemain bintang pasti pernah merumput di sana, dari Maradona yang diboyong oleh Barcelona, Ronaldo yang dibajak Barca dari PSV sampai dengan yang sekarang seperti nama nama Ronaldinho, Messi atau pun Van Nisterloy di kubu Real Madrid.

Baik Kubu Madrid maupun Barca ditangani secara profesional oleh sebuah Konsorsium dimana para pemegang saham nya setiap tahun melakukan pemilihan ketua, mereka telah lebih dahulu maju dibandingkan klub-klub yang berada di Inggris ataupun Italia, sebab mereka sudah seperti menjalankan sebuah perusahaan saja. Dan filosofi dari sebuah perusahaan sepakbola adalah Prestasi dan Keuntungan yang besar untuk mereka.

Sepak Bola telah menjadi hegemoni dan kekuasaan bagi beberapa klub besar, jurang pemisah antara mereka sangat jauh dengan klub klub medioker, yang besar semakin besar dan yang kecil hanyalah sebagai penggembira saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya Disini Aja ....