Selasa, Mei 12, 2009
Sepasang Anak Muda di Depan Valdes
Lini tengah dan depan Barcelona dijamin komplet saat menghadapi Chelsea. Tapi tidak di lini belakang. Pep Guardiola hanya punya dua anak muda yang dijadikan duet stopper. Kuatkah?
Itulah pertanyaan yang wajar disodorkan pada Barca, yang besok malam akan bertandang ke London untuk menghadapi The Blues di leg kedua semifinal Liga Champions.
Dari pertandingan pertama di Nou Camp minggu lalu, dua bek tengah utama Barca mengalami nasib sial. Rafael Marquez cedera berat, sementara kapten Carles Puyol, yang menggantikan bek Meksiko itu di babak kedua, terkena skorsing akibat akumulasi kartu kuning.
Ditambah Gabriel Milito masih dibalut cedera panjang, hanya Gerard Pique centre back yang segar bugar. Untuk menemaninya dan menjadi tembok terdekat buat kiper Victor Valdes, disiapkanlah anak muda lain bernama Martin Caceres.
Walaupun masih 22 tahun, Pique terbukti sudah makin mumpuni kemampuannya. Pemain yang pernah bermain di Manchester United ini bahkan sudah dilirik timnas Spanyol. Juga, ia dalam konfidensi tinggi setelah ikut mencetak satu gol saat Barca meremukkan Real Madrid 6-2 di Bernabeu hari Sabtu lalu.
Bagaimana Caceres? Bagaimana pula kekompakan dia dengan Pique, mengingat mereka sangat jarang bertandem.
Faktanya, pemain asal Uruguay itu baru turun ke lapangan sebanyak 20 kali di semua kompetisi, tujuh di antaranya sebagai pemain pengganti. Aksinya sebagai starter terbanyak cuma di Piala Raja Spanyol alias Copa del Rey.
Pique mencoba meyakinkan para suporternya bahwa Caceres bukanlah pemain muda kacangan. Salah satu buktinya adalah ia sudah masuk timnas senior Uruguay. Duet mereka, yang sama-sama berusia 22 tahun, bukanlah sesuatu yang buruk.
"Di semua pertandingan yang telah ia mainkan, dia (Caceres) telah membuktikan bahwa dia merupakan pemain bertahan yang bagus. Dia cepat dan kuat. Untuk pertandingan hari Rabu dia akan menjadi pemain yang vital bagi kami," tukas Pique seperti dilansir YahooSport.
Fabregas: Harga Pemain Bukan Ukuran
Cesc Fabregas menceburkan dirinya dalam panasnya atmosfer duel Arsenal versus Manchester United nanti malam. Ia mempersoalkan mahalnya bintang-bintang The Red Devils dibanding The Gunners.
Skipper Arsenal ini membenarkan kebijakan manajernya, Arsene Wenger, yang selalu berhati-hati dalam membeli pemain berbanderol tinggi. Dan dia yakin, kemenangan tengah malam nanti akan membuktikan bahwa pemain mahal bukanlah jaminan kesukesan.
"Hanya karena seorang pemain dihargai 20 juta poundterling, itu tidak berarti dia lebih baik dari pemain berbanderol 2 juta pounds," tukas Fabregas seperti dilansir The Sun.
Di musim ini MU membeli Dimitar Berbatov di angka 30 juta pounds, hampir dua kali lipat dari pembelian Andrei Arshavin oleh Arsenal. Fabregas sendiri cuma berharga 500 ribu pounds sewaktu bergabung ke "Gudang Peluru" dari akademi Barcelona di tahun 2003.
Wenger dikenal sebagai manajer yang jarang membeli bintang jadi. Bakary Sagna, Abu Diaby, Carlos Vela atau bahkan Emanuel Adebayor, misalnya, belumlah seterkenal sekarang sampai dibawa ke London utara oleh Wenger.
"Ini terbukti dari pemain masa lalu klub ini seperti Patrick Viera, Dennis Bergkamp, Robert Pires dan Thiery Henry. Mereka terbaik di dunia, pemain yang mampu memenangi Piala Dunia dan Liga Champions. Sementara banyak pemain yang dibanderol 20 atau bahkan 30 juta pounds yang tidak memenangi apapun," Fabregas melanjutkan pandangannya.
Untuk pertandingan nanti malam, estimasi harga skuad MU yang jadi line up ditaksir lebih tinggi lebih dari 100 juta pounds dibandingkan Arsenal. Tapi ditekankan Fabregas, bukan itu faktor yang akan memainkan peranan besar.
"Kami tidak bermain maksimal di Old Tarford (kalah 0-1--Red). Tapi tentu saja berbeda halnya jika Anda bermain di kandang sendiri. Anda bermain dengan teriakan dukungan di pihak Anda. Anda akan tahu kapan dan di mana memainkan bola."
"Selama kami kuat dan kompak, memberi tekanan pada MU dan tidak membiarkan mereka berkembang, kami punya kesempatan besar untuk lolos ke final," papar gelandang yang kemarin genap berusia 22 tahun itu.
Cerita Suram di Markas Lawan
Meski Mengantongi kemenangan di semifinal leg pertama, manajer Manchester United Sir Alex Ferguson masih belum bisa tenang. Pasalnya, setiap melakoni semifinal leg kedua di markas lawan, MU hampir selalu tersungkur.
MU tampaknya kurang hoki ketika melakoni senifinal leg kedua di kandang lawan. Di musim 1996/97, mereka tersungkur di tangan Borrusia Dortmund. Di Westfalen Stadion, markas Dortmund, The Red Devils harus menyerah 1-0. Kekalahan itu mengakhiri perjalanan MU dengan agregat kekalahan 2-0.
Lima tahun berselang, giliran klub Jerman lain Bayer Leverkusen yang mengakhiri petualangan MU. Setan Merah memasuki Bay Arena, markas Leverkusen dengan beban harus menang akibat skor 2-2 yang ditorehkan di Old Trafford di leg pertama. Namun, ambisi mereka harus terhenti akibat hanya bermain imbang 1-1 di Bay Arena.
Tahun 2006/07, giliran AC Milan yang menjegal mimpi The Fergie Babes. Keunggulan 3-2 yang diperoleh di Manchester gagal dipertahankan. Di Milan, Cristiano Ronaldo dkk. dipaksa menyerah 0-3.
Masa lalu kelam ini pun masih tertanam di benak Sir Alex. "Kami memang unggul dan tinggal selangkah lagi untuk menuju Roma guna melakoni final. Namun, kami tidak boleh puas dengan kondisi ini. Sekali lagi, kami tidak boleh puas," demikian wanti-wanti Ferguson dikutip dari situs resmi MU.
Fergie menyatakan, itu bukan kutukan. Sebab di musim 1998/99, MU memastikan tiket ke final dengan kemenangan di markas Juventus. "Banyak faktor yang membuat kami gagal ke final. Namun kami pernah bisa mengatasinya dan saya harap kami bisa mengulanginya," tutupnya.
'Setan Merah' Andalkan Pengalaman
Jika berbicara soal pengalaman, Manchester United lebih sering memijak semifinal Liga Champions ketimbang Arsenal. Namun, untuk urusan lolos ke babak final, The Gunners jelas lebih efisien.
Menurut catatan yang tertera di situs resmi klub, MU sudah 10 kali menjadi semifinalis di Liga Champions. Musim ini merupakan semifinal ke-11 mereka di kompetisi antarklub Eropa itu.
Namun, dari 10 kesempatan itu, The Red Devils hanya mampu lolos ke final sebanyak tiga kali. Dan di sinilah hebatnya. MU tak pernah menyia-nyiakan kesempatan tampil di final, mereka selalu keluar sebagai juara dalam tiga kesempatan itu.
Sebaliknya bagi Arsenal, musim ini merupakan semifinal kedua mereka. Pada semifinal pertama mereka pada tahun 2006, The North Londoners langsung sukses memijak final. Sial bagi mereka, di partai puncak mereka takluk di tangan Barcelona.
Melihat data tersebut, MU jelas lebih berpengalaman dalam menghadapi babak semifinal Liga Champions. Tetapi Arsenal sangat berpeluang untuk kembali mengulangi hal yang sama seperti tahun 2006.
Dengan kemenangan 1-0 di leg pertama, sepekan lalu, MU sedikit berada di depan. Laga di Emirates Stadium, Rabu (6/5/2009) dinihari WIB, pun diprediksi bakal seru lantaran Arsenal sudah menyatakan akan membalas kekalahan dengan lebih banyak gol.
Namun, Michael Carrick yakin bahwa pengalaman MU di Eropa bakal banyak membantu. Bagi gelandang internasional Inggris ini, semifinal kali ini merupakan yang ketiga untuknya sejak bergabung dari Tottenham Hotspur tahun 2006.
"Anda mendapatkan sedikit pengalaman dan itu jelas sangat membantu, tapi dengan pertandingan hidup-mati besok, siapa tahu, pertandingan ini bisa dimenangi siapa saja. Mereka punya tim yang bagus, tak hanya di lini tengah, tetapi juga secara keseluruhan," ujarnya di situs resmi UEFA.
Lupakan Euforia di Bernebeu
Kubu Barcelona sedang diselimuti suasana bahagia pasca kemenangan besar di Santiago Bernabeu. Namun, mereka diingatkan supaya segera fokus pada laga melawan Chelsea besok malam.
"Kami harus berhenti membicarakan kemenangan 6-2 atas Real Madrid. Itu sudah lewat," tukas bek muda Gerard Pique dalam jumpa pers sebelum pertandingan, seperti dilansir Yahoo Sport, Selasa (5/5/2009).
"Tidak ada untungnya buat kami membicarakan itu terus. Pastinya itu merupakan hasil yang bagus dan kami sudah merayakannya. Namun jika kami tak bisa lolos dari semifinal Rabu nanti, apa yang terjadi Sabtu kemarin akan jadi hal kedua."
"Kita harus tetap berpijak di bumi. Kami punya kapasitas dan kualitas, tapi dalam beberapa tahun terakhir kita sering melihat, tim-tim besar yang tampak mendominasi Spanyol dan sepakbola Eropa berakhir dengan kekecewaan," tutur pemain yang pernah menimba ilmu di Manchester United tersebut.
Barca akan bertanding di London setelah ditahan imbang tanpa gol oleh Chelsea di Nou Camp minggu lalu. Meski bertindak sebagai tim tamu, Pique menegaskan bahwa tidak ada dalam kamus timnya tidak bermain menyerang.
"Yang Barca tahu hanya bermain untuk menang. Itu sebabnya kami akan habis-habisan dan menyerang. Kalau kami bisa mencegah lawan memperoleh banyak sepak pojok, dan menghindari melakukan pelanggaran di areal berbahaya, kami bisa menang," pungkasnya.
Jangan Sampai Kena Kartu, Roo
Manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson mewanti-wanti Wayne Rooney agar jangan sampai mendapatkan kartu pada laga melawan Arsenal, Rabu (6/5/09) dinihari WIB. Pasalnya jika ia sampai terkena kartu, maka ia tidak dapat tampil pada laga final di Roma, kalau MU lolos.
MU melawat ke Emirates Stadium dengan bekal kemenangan 1-0 dari leg pertama. Pada pertemuan leg di Old Traford itu, kedua tim bermain dengan tempo cepat. Saat itu 'Setan Merah' lebih banyak menciptakan peluang dan mendominasi permainan.
Pada leg kedua nanti, Arsenal yang bertindak sebagai tuan rumah diprediksi akan mengambil inisiatif serangan sejak menit awal pertandingan. Hal ini membuat
Feruson mewanti-wanti Rooney agar tak terpancing dengan tensi pertandingan. Pasalnya penyerang yang terkenal emosional ini sudah mengantongi satu kartu kuning, dan satu kartu kuning lagi akan membuatnya terkena suspensi.
Namun pelatih berusia 67 tahun ini percaya sepenuhnya pada Rooney. Ia menganggap bahwa pemain berusia 23 tahun itu sudah cukup dewasa untuk melihat situasi pada laga nanti.
"Dia mengerti hal ini dengan sepenuhnya, dia pemain yang dewasa. Dia perlu untuk tetap disiplin dan pada kebanyakan waktu-waktu sebelumnya dia dapat melakukan hal itu. Saya tidak perlu mengatakan hal ini langsung kepadanya," tukas pelatih asal Skotlandia ini seperti dilansir The Sun.
Namun pelatih berusia 63 tahun ini juga menggarisbawahi tentang Roberto Rosetti, wasit yang akan memimpin laga di Emirates tersebut. Menurutnya sang pengadil di lapangan tidak akan terlalu mudah menghadiahi kartu kepada pemain.
"Wasit dari Italia yang akan memimpin pertandingan ini, Roberto Rosetti, dia mengerti tentang permasalahan serius jika seorang pemain mendapatkan kartu dan tidak dapat bermain di final karenanya."
"Saya memiliki catatan tentang wasit ini, sangat profesional dan cukup toleran. Mereka cukup baik dalam mengendalikan situasi."
Fergie sebelumnya pernah merasakan pemain pilarnya tidak dapat bermain di final Liga Champions. Pada tahun 1999, Roy Keane dan Paul Scholes yang merupakan pilar di lini tengah, tidak dapat bermain di final karena permasalahan yang sama. Namun akhirnya United dapat meraih gelar juara Eropa di musim itu.
Wenger: Bukan Mission Impossible
Tuntutan menang tidak membuat manajer Arsenal Arsene Wenger kecil hati. Menurutnya, tuntutan itu bukanlah misi yang mustahil. Wenger yakin bila anak asuhnya mampu tampil luar biasa, maka tiket ke final ada digenggaman.
Arsenal akan menjamu Manchester United dalam semifinal leg kedua Liga Champions, Rabu (6/5/2009) dengan modal kekalahan 0-1 di leg pertama.
Dalam laga leg pertama, MU tampil dominan. Dari data di situs UEFA, tim asuhan Sir Alex Ferguson mencatat delapan kali tembakan ke arah gawang Manuel Almunia. Sebaliknya, Arsenal hanya satu kali menembak ke gawang MU. The Red Devils pun menguasai pertandingan dengan penguasaan 55% berbanding 45%.
Arsenal pun memiliki sejarah 'buruk' ketika bertemu tim-tim asal Inggris. Namun ini semua bukanlah sebuah hal yang tidak mungkin bagi Wenger. "Tidak ada yang namanya misi mustahil bagi kami. Saya tetap yakin akan hal itu meski MU bisa merobek gawang kami nantinya," tukas manajer asal Prancis itu dikutip dari situs resmi UEFA.
"Saya percaya bahwa anak-anak akan tampil sangat luar biasa dan lolos. Kami bermain di kandang sendiri di mana catatan hasil kandang kami di Liga Champions sangat baik," seru Wenger sembari merujuk pada catatan The Gunners yang 24 pertandingan tak terkalahkan di markas sendiri.
"Buat orang kebanyakan, kami bukanlah favorit. Namun kami yakin kami bisa melakukannya," tutup The Professor.
Langganan:
Postingan (Atom)