Sabtu, April 25, 2009

Tergantung Padamu, Gerrard

Gerrard (Reuters)Paceklik juara liga kompetisi Inggris untuk klub sebesar Liverpool bisa dikatakan sudah terlalu lama, 19 tahun. Tentu mereka tidak ingin berlangsung lebih lama lagi. Tetapi bisakah mereka kira-kira melakukannya tanpa sang kapten Steven Gerrard? Pertanyaan ini wajar muncul karena Gerrard benar-benar merupakan detak jantung permainan Liverpool. Untuk sementara di Inggris ini tidak ada satu klub yang begitu bergantung pada satu pemain kecuali Liverpool. Dari kakinya segala serangan berawal, dari kakinya pula segala pertahan dimulai. Kalau semua pemain depan kesulitan untuk mencetak gol, Gerrard akan bergerak sendiri untuk memberi contoh. Kalau Liverpool kesulitan melepaskan diri dari tekanan, Gerrard akan bertahan, membawa bola keluar dan melepas Liverpool dari kesulitan. Saat Gerrard bermain bagus, Liverpool bermain bagus. Saat buruk, beruntung buat Liverpool karena ini jarang terjadi, celakalah Liverpool karena buruk pula permainan tim. Bukan berarti Liverpool tidak mempunyai pemain bagus, tetapi yang bisa menjadi denyut jantung hanyalah Gerrard. Yang lain adalah sekondan. Pendukung Liverpool tentu ingat kejadian yang menimpa musuh bebuyutan mereka, Manchester United. Tahun 80-an ketika Liverpool sedang berada di salah satu dasawarsa emas mereka, Manchester United sedang berusaha untuk mengakhiri paceklik gelar kompetisi mereka sejak 1967. MU mempunyai pemain yang gaya permainan maupun posisinya persis seperti Gerrard, Bryan Robson. Berulangkali Man United memimpin klasemen sementara, tetapi begitu Robson tidak bermain, entah karena cedera atau sebab lain, Man United tidak pernah meraih kemenangan. Begitu Robson kembali, Man United kembali memetik kemenangan tetapi biasanya pengumpulan angka sudah terlalu jauh. Baru menjelang akhir kariernya Robson bisa membawa Man United menjadi juara, itupun setelah dibantu oleh keberadaan Eric Cantona. Ada warisan Robson yang tentu akan sangat disukai oleh pendukung Liverpool apabila itu terjadi pada Gerrard. Permainan bravado Robson memberi inspirasi pada generasi emas Man United: Neville bersaudara, Beckham, Scholes, Butt, dan Giggs semuanya ingin menjadi pemain tengah dan bermain seperti Robson. Walau hanya Scholes dan Butt yang tetap menjadi pemain tengah, kita tahu generasi itu membawa zaman keemasan MU yang masih berlanjut hingga sekarang. Boleh jadi Gerrard akan menggairahkan anak-anak Liverpool seperti Robson menggairahkan anak-anak Manchester. Tetapi Liverpool tidak ingin menunggu hingga akhir karier Gerrard untuk meraih gelar juara lagi. Gerrard pasti menginginkan yang sama. Apalagi Gerrard sendiri adalah pendukung Liverpool sejak kecil. Berbeda dengan Michael Owen, Robbie Fowler, atau juga Jamie Carragher yang dikenal sebagai pendukung berat Everton sebelum bermain untuk Liverpool. Gerrard harus terus bermain agar Liverpool tidak terperosok dalam sejarah yang sama dengan saingan bebuyutannya. Persoalannya bisakah Gerrard menghindari cedera? Dan apakah Gerrard bisa menjauhi kehidupan malam dengan segala eksesnya? Cedera tidak bisa ditebak. Suratan nasib. Kalau malang tidak bisa ditolak. Jadi hanya bisa berdoa jangan sampai terjadi. Kehidupan malam lain lagi persoalannya. Manajer Liverpool Rafael Benitez ketika pertama kali datang ke Liverpool pernah menyatakan kekhawatirannya. Melihat kebiasaan pemain bola, sebetulnya bukan hanya di Inggris tetapi terlebih-lebih di Premier League, Benitez meminta pemain Liverpool untuk mengurangi kebiasaan begadang di klub malam dan minum-minum. "Mereka hanya harus menahan diri sekitar 15 tahun," kata Benitez saat itu terutama mengacu pada Gerrard. "Setelah pensiun kalaupun ingin memiliki pub (tempat minum) mereka akan punya cukup uang. Klub malam juga tidak masalah." Namun begitulah. Kadang-kadang sulit untuk menahan diri. Senin malam lalu terjadi keributan di sebuah klub malam di Southport, sedikit ke arah utara Liverpool. Gerrard bersama beberapa temannya didakwa melakukan tindakan penyerangan dan kekerasan terhadap seseorang dan sempat meringkuk semalam di tahanan polisi sebelum dilepas dengan jaminan. Bisa jadi di ujung persoalan ia akan dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah. Persoalannya adalah apabila peristiwa itu kemudian mengganggu penampilannya di lapangan. Atau karena berkaitan dengan peristiwa itu ia tidak bisa turun kelapangan. Yang manapapun terjadi membuat Liverpool akan kelimpungan. Kalau karena persoalan-persoalan seperti ini Liverpool kemudian gagal menjadi juara, betapa akan menyesalnya. Terserah kepada Gerrard untuk menyadarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya Disini Aja ....