Sabtu, April 25, 2009

Ketika Uang Berbicara

Fabregas-Ferdinand (Reuters)Jadi apa yang harus dilakukan ketika muncul kesadaran bahwa kekurangan adalah satu- satunya "kelebihan" yang dipunyai ketika menghadapi lawan? Tidak banyak tentu saja kecuali kesadaran akan kekurangan itu sendiri. Pertanyaannya kemudian adalah apa yang harus dilakukan ketika benturan benar terjadi? Pertanyaan inilah yang selalu dihadapi klub-klub "kecil" Inggris setiap harus bertanding dengan klub-klub elit. Klub dengan sumber daya terbatas melawan klub bersumber daya yang lebih longgar. Klub dengan sumber finansial terbatas dengan mereka yang lebih kaya. Sebenarnya perbedaan antara mereka yang mempunyai kelebihan dengan yang berkekurangan hanyalah pada persoalan keragaman pilihan. Opsi. Tetapi mempunyai keragaman pilihan adalah sebuah kemewahan dan segalanya dalam sepakbola. Katakanlah dalam sebuah pertandingan, ketika situasi tidak sesuai dengan harapan, manajer yang bagus akan dengan jeli mempunyai ide untuk mengubah taktik dan strategi, serta mempunyai sumber daya untuk melakukannya. Atau dengan sumber daya yang cukup -- pemain yang bagus -- manajer yang bagus akan dari semula bisa merancang sekian macam skenario taktik dan strategi untuk memenangkan pertandingan. Lalu apakah itu berarti klub kecil akan selalu kalah dari klub elit? Lebih sering kalah, tetapi tidak selalu. Klub kecil, karena terbatasnya pilihan, terbantu untuk kemudian berkonsentrasi pada satu taktik saja dan kemudian mematangkannya secara maksimal. Ini bisa menjadi sebuah keuntungan. Misalnya dengan merancang serangan semata-mata dari bola mati, baik itu tendangan bebas, tendangan sudut, atau lemparan bola. Misal lain, bertahan total dan sekali-kali melakukan serangan balik. Seperti seharusnya inisiatif serangan tentu saja berada di pihak klub yang lebih besar. Toh klub besarlah yang menyandang beban ekspektasi kemenangan, bukan klub kecil. Klub besarlah yang harus mengubah taktik dan strategi mereka untuk meraih kemenangan. Taktik atau strategi semacam ini sangat kentara terutama dalam pertandingan non kompetisi yang menggunakan sistem gugur. Piala FA dan Piala Liga di Inggris dikenal sebagai kuburan klub-klub besar, tumbang ditangan klub yang lebih inferior karena faktor ini. Namun perangai dalam kompetisi tentu saja berbeda. Kompetisi memerlukan konsistensi. Dan konsistensi sangat sulit dijaga apabila sumber daya tidak mencukupi. Kalau diperhatikan, klasemen Premier League dari tahun ke tahun adalah cerminan hampir sempurna dari ukuran kekayaan klub-klub yang terlibat. Bukanlah kebetulan kalau di Inggris dikenal istilah elit empat besar, istilah yang sebenarnya baru muncul 10 tahun belakangan ini. Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal adalah klub dengan dukungan keuangan yang cukup dan karenanya mampu menyewa manajer dan pemain yang bagus. Merekalah yang paling mempunyai keragaman pilihan untuk menjaga konsistensi penampilan. Gambaran besarnya, di papan tengah adalah klub-klub kelas menengah dengan kekayaan menegah pula dan pemain maupun manajer kelas menengah pula. Di papan bawah cerita serupa juga terjadi. Setiap tahun bahkan sebelum kompetisi dimulai para pengamat maupun penggemar bola dengan gampang bisa meramalkan siapa yang kira-kira akan juara, mengalami degradasi, ataupun duduk di papan tengah dengan relatif akurat. Sebenarnya bukan hanya di Inggris. Kalau diperhatikan di kompetisi lain di daratan Eropa pola semacam juga terjadi. Bahkan di Liga Champions ketika sistem pertandingannya diubah menjadi semi kompetisi dari sistem gugur, maka mereka yang masuk ke semifinal ataupun final selalu saja didominasi oleh klub-klub elit Eropa. Sekali lagi konsistensi karena tunjangan sumber finansial yang cukup menjadi kunci. Jarang sekali misalnya klub seperti FC Porto mampu menerobos membuat kejutan untuk menjadi juara. Atau seperti di masa lalu ketika klub Inggris seperti Notingham Forest, dua kali berturut-turut, dan Aston Villa, bisa menjadi juara Piala Champions. Bahkan klub semacam FC Bruges dari Belgia bisa masuk final Piala Champions. Apa boleh buat, dalam dunia nyata uang memang berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya Disini Aja ....