Kamis, April 30, 2009

Catenaccio Ala Chelsea

ReutersPetr Cech jadi karang kokoh yang menghindarkan Chelsea dari kebobolan saat bertandang ke Barcelona. Di samping kegemilangan sang kiper, catenacio terapan Guus Hiddink juga membuka jalan The Blues menuju final. Hasil 0-0 yang didapat di leg pertama semifinal Liga Champions jelas sangat disyukuri Chelsea. Barca yang begitu mengerikan dengan produktivitas golnya mampu diredam dan dibuat tak berdaya di depan pendukungnya sendiri, Rabu (29/4/2009) dinihari WIB. Padahal, sebelum laga Guus Hiddink sempat dibuat khawatir menyusul akumulasi kartu yang diterima Ashley Cole. Dia terpaksa melakukan perombakan dengan menempatkan Jose Bosingwa di sisi kiri demi mematikan Lionel Messi. Hasilnya? Bek Portugal itu memang beberapa kali kecolongan saat diajak adu sprint. Namun hasil akhir laga yang 0-0 menunjukkan kalau secara keseluruhan strategi yang diterapkan Hiddink berjalan sukses - terlepas dari fakta bahwa mereka secara statistik penguasaan bola kalah 65%:25% serta shot on goal yang juga sangat timpang dengan perbandingan 6:1. Apa yang diperagakan Chelsea dinihari tadi mungkin mengingatkan kembali strategi catenaccio yang pernah dipopulerkan Italia pada yahun 1970 hingga1990-an. Sebagai orang Belanda, Hiddink memang kurang dikenal dengan total football-nya bersama beberapa tim yang sudah dia besut, hal mana kembali dia praktikkan dinihari tadi. Menggunakan 4-2-3-1, Hiddink menempatkan Michael Ballack bersama Michael Essien sebagai dua jangkar yang membantu kerja kuarter John Terry, Branislav Ivanovic, Bosingwa dan Alex di lini pertahanan. Hampir di sepanjang pertandingan pemain belakang The Blues masih harus berjibaku mengamankan wilayahnya, begitu juga dengan Cech yang beberapa kali tampil sebagai pahlawan dengan penyelamatannya. Tapi perjuangan itu tak sia-sia: Messi tak bisa berbuat banyak saat tiba di muka kotak penalti, juga dengan Andres Iniesta yang kerap kalah bertarung dan jatuh saat beradu fisik dengan John Terry cs. Ujung-ujungnya Samuel Eto'o tak punya banyak peluang karena suplai bola nyaris tak ada. Sementara tusukan Henry di sisi kiri juga hanya beberapa kali yang berhasil menjadi ancaman ke gawang Cech. Alhasil Barca lebih banyak memutar bola di lapangan tengah, dengan sesekali melakukan penetrasi mencoba masuk daerah pertahanan lawan. Tapi baik aksi individu maupun umpan-umpan pendek merapat yang jadi cirikhas klub tersebut mentah oleh ketat dan disiplinnya penjagaan John Terry cs di muka gawang. Saat menjamu Liverpool di leg kedua babak perempatfinal, gawang Chelsea memang sempat kebobolan empat kali. Namun dengan performa lini pertahanan yang ditunjukkan di Nou Camp, The Blues menyimpan potensi besar untuk kembali masuk final Liga Champions untuk kali kedua secara beruntun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentarnya Disini Aja ....