Rabu, Juni 03, 2009
Barca vs MU, Sebuah Final Ideal
Yang satu adalah juara bertahan yang tampil meyakinkan di sepanjang kompetisi. Sementara sang penantang adalah klub dengan praktik sepakbola terindah saat ini. Jadi, Barcelona vs Manchester United adalah final ideal.
Siapa yang akhirnya melangkah ke Roma untuk menjalani final Liga Champions musim kompetisi 2008/2009 akhirnya diketahui. Setelah berjuang selama delapan bulan dan menjalani 12 pertandingan, Barca dan MU akan bertarung memperebutkan status terbaik di Eropa.
Sebelum leg kedua semifinal digelar sepanjang tengah pekan ini, banyak yang menyebut kalau final ideal adalah jika mempertemukan Barcelona dan MU ke final. Tanpa bermaksud mengecilkan arti bintang-bintang Chelsea dan pasukan belia Arsenal, ada banyak alasan untuk membenarkan pernyataan tersebut.
MU dan Barca tak bisa dipungkiri kini merupakan tim dengan permainan paling atraktif di Benua Biru. El Barca mungkin lebih menghibur, namun secara umum keduanya punya gelandang dan pemain depan yang hobinya memporak-porandakan pertahanan lawan dengan umpan pendek merapat nan cepat.
Ingat, keduanya kini juga jadi kanidat kuat juara di kompetisi lokal masing-masing. Barca unggul tujuh angka atas Real Madrid di La Liga, sementara The Red Devils memimpin tiga poin atas Liverpool dengan masih memiliki satu pertandingan tersisa.
Hal lain yang membuat laga di Stadion Olimpico Roma pada 27 mei mendatang layak disebut final ideal adalah keberadaan individu-individu luar biasa di kedua kubu. Akan ada duel adu produktif antara Wayne Rooney-Dimitar Berbatov /Carlos Tevez- Cristiano Ronaldo dengan trisula Lionel Messi-Thierry Henry-Samuel Eto'o.
Di lapangan tengah, kedua kubu juga punya pemain dengan kemampuan menyerang terbaik. MU punya Ryan Giggs, Paul Scholes dan Park Ji Sung hingga Anderson sementara duet Xavi Hernandez dan Andres Iniesta telah terbukti ampu mengantar Spanyol jadi juara Piala Eropa.
Laga Barca kontra MU juga menjadi pertemuan antara tim dengan lini depan terbaik dengan tim pemilik pertahanan paling kokoh. Di Liga Champions, Barca total sudah membukukan 30 gol (rata-rata 2,5 gol/pertandingan), sementara gawang MU baru kebobolan enam kali (rata-rata 0,5 gol/pertandingan).
Jadi, siapa yang terbaik di antara dua tim terbaik ini?
Barca Menapaki Jejak Milan
Dua musim lalu AC Milan berhasil mengatasi serbuan Premiership dan menjadi juara Liga Champions. Di musim ini, Barcelona punya peluang menapaki sukses tersebut setelah menyingkirkan Chelsea di semifinal.
Liga Inggris melalui empat klub terbesarnya telah menguasai Liga Champions dalam tiga musim terakhir. Sejak musim kompetisi 2006/2007, Liga Inggris selalu mengirimkan sampai tiga wakilnya di babak semifinal. Alhasil di kurun yang sama selalu ada klub Premier League berlaga di partai puncak.
Dua tahun lalu Manchester United, Chelsea dan Liverpool melangkah ke babak empat besar mengepung AC milan, sementara tahun kemarin Barcelona mengisi tempat yang ditinggalkan Rossoneri. Untuk tahun ini formasinya sedikit berubah yakni dengan Arsenal menggantikan Liverpool dan The Catalans menjadi satu-satunya wakil non Inggris.
Pada musim 2006/07 Milan berhasil keluar dari kepungan Premiership untuk kemudian jadi juara. Mengalahkan MU di semifinal dengan agregat 5-3, Diavolo Rosso menjadi kampiun setelah memetik kemenangan 2-1 atas Liverpool dalam laga final di Yunani.
Setahun berselang, musim 2007/08, kedigdayaan Premiership tak tertahan. Barca kalah agregat 0-1 atas MU di laga semifinal, dan "Setan Merah" akhirnya jadi juara setelah melewati drama adu penalti dan menang 6-5 atas Chelsea.
Nah, tahun ini The Catalans punya kesempatan mengulang apa yang diraih Milan dua tahun lalu. Sukses menyingkirkan Chelsea jadi bekal sempurna Barca untuk meraih gelar jawara Eropa mereka untuk kali ketiga, meski peluang meraihnya masih sangat berat lantaran yang akan dihadapi di final adalah sang juara bertahan.
Bisa, Barca?
Tak Ada Rematch Final
Chelsea tingga butuh satu menit untuk menciptakan sejarah dengan membuat partai rematch Liga Champions. Tapi gol Andres Iniesta di masa injury time akhirnya cuma menyisakan kekecewaan buat The Blues.
Tiket ke final sepertinya akan jatuh ke tangan Chelsea setelah Michal Essien membuat gol spektakuler ketika laga baru berjalan sembilan menit. Setelahnya, meski lebih banyak mengandalkan serangan balik, The Blues berhasil mematikan kedahsyatan lini depan Barcelona yang memang terkenal haus gol itu.
Didier Drogba dan Nicolas Anelka malah punya peluang matang menambah keunggulan tuan rumah, peluang yang tak satupun berhasil diselesaikan menjadi gol oleh keduanya. Chelsea pun harus membayar kegagalan tersebut karena Barca malah mampu menyamakan kedudukan saat masa injury time tersisa satu menit saja.
Gol Andres Iniesta yang membuat kedudukan imbang 1-1 menjadikan Barca pemegang sah tiket ke final karena unggul agresivitas gol tandang. Sejarah rematch final Liga Champions pun batal terjadi.
Sebelumnya Chelsea memang berpeluang mengukir catatan baru di kompetisi antarklub papan atas Eropa itu, menyusul sukses Manchester United menundukkan Arsenal 3-1 sehari sebelumnya. Jika lolos ke final, The Blues dan The Red Devils akan menjadi tim pertama yang bisa kembali berhadapan di final Liga Champions.
Musim lalu dalam pagelaran final di Luzhniki Stadium, Moscow, MU berhasil menundukkan saudara Premiershipnya itu dengan skor 6-5 lewat adu penalti. Sebelumnya, kedua kesebelasan bermain imbang 1-1 di waktu normal.
Dengan lolosnya Barca ke final, tinggal MU yang berpeluang menuliskan rekor baru Liga Champions. Jika bisa menang dalam laga di Stadion Olimpico pada 27 Mei mendatang, anak asuh Sir Alex Ferguson akan menjadi klub pertama yang mempertahankan tropi Liga Champions setelah kompetisi tersebut berubah format pada 1992 lalu.
Foto: MU vs Chelsea di final musim lalu.
Iniesta Pahlawan Barca
Tertinggal di lebih dari 81 menit, Barcelona akhirnya mengimbangi Chelsea 1-1. Andres Iniesta tampil sebagai pahlawan Barca melalui golnya di menit ketiga injury time.
Di Stamford Bridge, Kamis (7/5/2009) dinihari WIB, Chelsea unggul terlebih dahulu di menit kesembilan melalui sepakan kaki kiri nan spektakuler dari Michael Essien sebelum bencana datang di menit pamungkas.
Jalannya pertandingan
Barcelona cukup percaya diri dengan mengambil alih kendali permainan di awal laga. Menit keempat, sebuah tendangan dari Xavi Hernandez diusir oleh barikade bek Chelsea di garis gawang.
Memasuki menit ke-8, Chelsea berhasil unggul. Tendangan spektakuler Essien menyambar bola muntah dari tendangn Frank Lampard melesak masuk gawang Barca tanpa mampu dicegah kiper Victor Valdes.
Chelsea berpeluang menambah gol di menit 16 ketika kerjasama Lampard dengan Florent Malouda meloloskan Lampard di dalam kotak penalti Barca. Namun tendangan kaki kiri Lampard jauh melebar dan tinggi.
Barcelona mendapat tendangan bebas pada jarak 34 meter dari gawang Chelsea di menit 20. Dani Alves mengeksekusinya dengan cukup baik tetapi bola melebar di kiri gawang Petr Cech.
Valdes bereaksi cepat ketika menghadang peluang Didier Drogba di menit 22. Kiper Barca itu keluar sarang mengusir bola dengan Drogba tengah mengejar. Selamat lagi pertahanan Los Azulgrana.
Dua menit kemudian, Chelsea memperoleh tendangan bebas di sisi kiri kotak penalti Barca. Tendangan Drogba yang menjadi eksekutor mengarah ke gawang, tetapi Valdes dengan cemerlang menahan bola dengan pahanya.
Chelsea mengklaim berhak mendapat penalti di menit 26 ketika Drogba bersenggolan dengan Eric Abidal di kotak penalti Barca. Tetapi wasit Tom Henning Ovrebo menolaknya.
Di sisa babak, bola lebih banyak berkutat di lapangan tengah. Pada menit terakhir babak pertama ini, peluang dari Barca melalui tendangan Xavi berbelok arah karena membentur badan bek Chelsea.
Enam menit memasuki babak kedua, Chelsea berpeluang menambah gol. Drogba mendapat umpan matang dari Anleka dan tak terjaga. Mengecoh Gerard Pique, tendangan Drogba terlalu pelan dan ditahan Valdes dengan kakinya.
Empat menit berselang, Drogba kembali mendapat peluang dengan membawa bola di kotak penalti Barca dengan dikawal Yaya Toure, Drogba terjatuh dan meminta penalti, tetapi wasit menepisnya.
Saat pertandingan tepat menyentuh marka satu jam, aksi Iniesta di daerah Chelsea diakhiri umpan kepada Seydou Keita. Setengah berbalik badan, sepakan Keita tak menemui sasaran karena melambung.
Lima menit kemudian, tim tamu dipaksa bermain dengan 10 orang. Eric Abidal diusir wasit akibat dianggap menjatuhkan Anelka. Dari tayang ulang, terlihat kontak di antara mereka terhitung minimal.
Lampard gagal menambah keunggulan Chelsea di menit 70. Menguasai bola di dalam kotak penalti Barca, tendangan gelandang Inggris itu berbelok arah karena menabrak kaki bek lawan tetapi bisa diamankan Valdes.
Barca terus berusaha mencari gol. Memasuki menit ke-79, Pique yang overlapping, menguasai bola di luar kotak penalti dan menendang. Namun sepakan sang bek terlalu lemah dan arahnya pun melebar ke kanan.
Delapan menit sebelum bubaran, wasit Ovrebo membuat kesalahan dengan tidak memberi Chelsea penalti. Padahal, Pique dengan sangat jelas menyentuh bola dengan tangannya di kotak terlarang.
Di menit ketiga perpanjangan waktu, upaya Barca membuahkan hasil. Mendapat umpan dari Messi, Iniesta yang tak terjaga menendang bola dengan kaki kanan dan melesak masuk ke gawang tanpa mampu dicegah Cech.
Memasuki menit kelima menit tambahan, dari korner Chelsea, bola terlihat mengenai tangan Eto'o. Tetapi wasit kembali membiarkan dan hal itu memancing amarah para pemain tuan rumah, terutama Michael Ballack.
Tak lama kemudian, wasit menyudahi pertandingan. Tetapi tidak dengan amarah para pemain Chelsea kepada Ovrebo. Drogba terlihat memrotes keras wasit asal Norwegia itu sehingga dikenai kartu kuning.
Langganan:
Postingan (Atom)